Selasa, November 27, 2007

Bilih dan Sasau, Khasnya Danau Singkarak

SENJA baru saja tiba di Danau Singkarak. Riak air yang sepanjang siang gaduh oleh hembusan angin pelahan tenang. Ketika siluet kuning kemerahan jatuh ke hamparan danau, saat yang tepat untuk memancing ikan-ikan liar di tepian danau.
Danau Singkarak selama ini memang dikenal dengan keelokkan riak airnya. Ketika tidak ada angin, riaknya begitu tenang. Namun, ketika angin kencang berhembus, riaknya menghasilkan ombak yang menghempas pinggiran. Tidak hanya keindahan air danau, hamparan bukit cadas yang mengitari menjadi daya tarik lain. Semuanya belum lengkap tanpa menikmati kekhasan ikan yang hanya ada satu-satunya di dunia hidup di danau ini.
Ikan bilih, memang tidak bisa dipisahkan dari Danau Singkarak. Ikan yang memiliki nama ilmiah mystacoleuscus padangensis ini termasuk jenis ikan langka karena hanya satu-satunya ada di dunia. Walaupun ikan langka, namun untuk menikmati ikan yang terkenal gurih apabila digoreng ini, tidaklah sulit.
Ikan bilih goreng bisa ditemukan di setiap rumah makan yang ada di sepanjang pinggiran Danau Singkarak. Bahkan, jika menginginkannya sebagai buah tangan, bisa mendapatkannya dalam bungkusan di warung penjual makanan ringan di pinggiran danau. Pergi saja ke Pasar Ombilin, maka oleh-oleh khas Danau Singkarak ini dengan mudah didapatkan.
Ikan bilih memang tergolong ikan berurukan kecil. Sebenarnya, ikan ini bisa berukuran sebesar jempol orang dewasa, namun belakangan karena semakin terganggunya habitatnya, yaitu Danau Singkarak, paling mujur bisa mendapatkan ikan bilih berukuran teri. Sekarangpun, mendapatkan ikan bilih sedikit sulit. Hal itu karena semakin menurunnya produksi. Aktifitas masyarakat di pinggiran danau yang biasanya mengandalkan mata pencaharian sebagai nelayan pencari ikan bilih saat ini tidak banyak lagi karena semakin sulitnya mencari ikan ini.
Penurunan debit air danau dikhawatirkan menjadi penyebab menurunnya populasi ikan bilih. Bahkan, eksploitasi besar-besaran yang dilakukan jauh-jauh hari belakangan menyebabkan ikan langka ini terancam punah. Tahun 1990-an, nelayan di pinggiran danau bisa menangkap ikan bilih mencapai 75 kg perhari. Namun, sekarang 5 kg saja sudah luar biasa. Lantaran ancaman kepunahan ini, agaknya bagi mereka yang ingin melepas selera menikmati ikan bilih musti menahan hasrat untuk makan berpuas-puas. Sekadar mencicipi keunikan rasanya, agaknya tidak masalah.
Sebagai pengganti selera, sebenarnya masih ada keunikkan Danau Singkarak yang bisa dinikmati sebagai kuliner. Danau ini juga memiliki keunikkan ikan sasau. Ikan ini mirip dengan nila, sehingga beratnya bisa mencapai 1-2 kg. Untuk menikmati gurihnya rasa sasau, rumah makan di sepanjang danau sudah menyiapkannya dengan menu yang menggugah selera. Nikmatilah gulai sasau yang pastinya akan membuat lidah tidak pernah berhenti bergoyang.
Ikan sasau menjadi keunikkan yang ditawarkan Danau Singkarak. Namun, kekhasan rasa ikan yang tepat sebagai teman penyantap nasi putih ini memang belum sepopuler terkenalnya Danau Singkarak. Padahal, ada cara yang bisa berkesan untuk menikmati kegurihan ikan ini, menangkapnya langsung dengan memancing di danau.
Danau Singkarak memang menjanjikan wisata memancing yang mengasyikkan. Agar lebih berkesan, nikmatinya wisata ini ketika malam telah menjelang. Ratusan lentera dari puluhan sampan akan bergayutan di tengah danau. Saat yang tepat untuk menguji keberuntungan di ujung mata kail. A.R. Rizal

1 komentar:

singkarakbloer3y mengatakan...

Posting Singkarak lg dnk!!