Minggu, Mei 11, 2008

Pertaruhan Popularitas dalam Pilkada

SEJAUH mana popularitas memegang peran penting dalam pemilihan kepada daerah? Konsepsi politik konvensional memandangnya sangat strategis dan menentukan। Popularitas memberi pengaruh 50 persen lebih peluang kemenangan seorang calon kepalada daerah.

Tidak mengherankan, kandidat calon kepala daerah akan berupaya mendongkrak popularitasnya di mata publik. Banyak cara dilakukan, dari cara-cara yang tradisional sampai pada cara-cara baru yang memanfaatkan teknologi. Cara tradisonal yang banyak dilakukan, terutama adalah intensif turun ke lapangan dan berinteraksi dengan calon pemilih. Cara-cara ini memang sangat efektif untuk membangun ikatan emosional dengan pemilih, namun tentu saja intesitas turun ke lapangan ini akan banyak mengorbankan dana, tenaga dan pikiran, sehingga cara ini hanya memberikan sebagian kecil andil dalam mendongkrak popularitas.

Cara yang masih terkesan tradisonal yang memang cendrung juga dilakukan adalah dengan menyebar media publikasi, mulai dari panduk, pamflet, leaflet, buletin hingga stiker. Cara ini paling populis dilakukan oleh para kandidat kepala daerah. Tidak hanya di musim kampanye, jauh-jauh hari sebelum pemilihan perang spanduk dan atribut sudah menjadi hal yang lumrah. Namun, cara ini terlalu biasa dan tidak terlalu efektif membangun ikatan emosional dengan pemilih.

Memanfaatkan media massa adalah cara yang paling efektif dalam mendongkrak popularitas kandidat kepala daerah. Dalam kampanye modern calon kepala daerah, membangun imej di media massa adalah sesuatu hal yang musti di lakukan. Tidak mengherankan, orientasi biaya iklan di media massa menjadi porsi yang terbesar dalam kampanye calon. Bahkan, bahasa sederhananya, banyak kandidat yang rela habis-habisan untuk membiayai iklan kampanyenya di media massa.

Daya sentuh media massa terhadap calon pemilih memang sangat besar. Bahkan, dalam membentuk karakter ketokohan calon kepala daerah yang menjadi faktor penting dalam mendongkrak popularitas. Media massa secara efaktif mampu menyentuh berbagai kalangan, dari lapisan atas sampai masyarakat awam. Media secara emosional juga bisa mempengaruhi pilihan calon pemilih terhadap pemimpinnya.

Setelah media massa, calon kepala daerah punya cara lain untuk mendongkrak popularitasnya. Pilkada telah melahirkan era polling. Apapun motif dan kepentingannya, polling menjadi salah satu cara yang efektif untuk mendongkrak popularitas calon kepala daerah. Tidak mengherankan, lembaga-lembaga polling, baik yang bermotif pendidikan politik atau untuk kepentingan bisnis bermunculan seperti cendawan tumbuh. Banyak yang menyangsikan independensi polling yang dilakukan, namun ketika dipublikasikan di media massa, ia menjadi alat yang efektif dalam mendongkrak popularitas.

Popularitas memiliki arti penting bagi setiap calon kepala daerah. Namun, pertanyaannya sejauh mana popularitas itu menentukan dalam kemenangan di Pilkada? Walaupun popularitas menjadi factor menentukan, namun tidak menjamin kemenangan seorang calon kepala daerah.

Pilkada Provinsi Jawa Barat menjadi contoh yang menarik terkait popularitas calon kepala daerah. Pilkada yang dimenangkan pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf itu oleh banyak kalangan telah membalikkan berbagai persepsi umum bahkan teori politik sekalipun. Berhitung tentang popularitas, pasangan yang disingkat Hade ini jauh dari prediksi kemenangan. Bicara popularitas, pesaingnya Agum Gumelar dan Danny Setiawan lebih unggul. Agum dicalonkan partai besar PDIP dan didukung koalisi banyak partai. Agum juga tokoh nasional dan mengeluarkan anggaran yang jauh lebih besar untuk iklan kampanye. Hitung-hitungan polling juga menjagokan Agum. Danny tidak jauh beda karena dicalonkan oleh Partai Golkar dan jauh lebih dikenal oleh masyarakat Jawa Barat karena adalah calon incumbent. Namun, semua teori tentang popularitas itu dimentahkan oleh kemenangan Hade.

Banyak faktor yang menentukan kemenangan calon kepala daerah dalam Pilkada. Popularitas menjadi salah satunya. Namun, di atas semuanya faktor keberuntungan dan suratan takdir tidak bisa diabaikan. A.R. Rizal

Tidak ada komentar: