Selasa, Desember 04, 2007

Malioboro: Malam 24 Jam di Yogya

APA yang paling terkenal di Jalan Malioboro Yogyakarta? Dagadu, batik, kopyor, becak atau gudeg? Semuanya bisa didapatkan dalam perpaduan yang unik di sepanjang malam di Malioboro.
Sebagai salah satu maskotnya Kota Yogyakarta, Malioboro memang tiada matinya. Sudah menjadi urat nadinya kota gudeg, Malioboro sekarang hidup selama 24 jam.
Keunikkan malam di Malioboro sudah terlihat ketika memasuki persimpangan tugu yang menjadi bangunan paling monumental di Yogyakarta. Sepanjang malam, lampu berwarna-warni menghiasi tugu yang menjadi pintu gerbang menuju Jalan Malioboro. Lewat tugu, Jalan Mangkubumi menyambut. Di sini banyak bangunan lama bercirikan arsitektur tradisional Yogya dan khas bangunan tua peninggalan Belanda. Di sepanjang jalan ini dulunya banyak mangkal pedagang kaki lima. Bisa jadi sebuah daya tarik, namun oleh pemerintah setempat, para PKL itu dipindahkan ke kawasan Kuncin yang memang khusus dipersiapkan untuk PKL.
Sebelum memasuki Malioboro, sempatkan mengunjungi Stasiun Jogya yang memiliki keunikkan bangunan berciri khas Belanda. Hanya beberapa puluh langkah dari sana, Jalan Malioboro datang menyapa.
Menikmati malam di Malioboro menyisakan kenyamanan tersendiri. Tidak seperti pagi hari, jalan yang ditempati kantor-kantor pemerintahan, ruko dan mal ini cukup lengang, sehingga nyaman untuk berjalan kaki. Memang, kalau kelewat malam, PKL-PKL yang menjual berbagai jenis jajanan di sepanjang jalan ini tidak lagi ditemukan, namun semakin malamlah saat yang tepat untuk menikmati makanan khas Yogyakarta. Apalagi, kalau bukan gudeg. Sepanjang malam, penjual gudeg banyak terdapat di sepanjang Jalan Malioboro. Mereka berjualan secara lesehan. Namun, di sanalah nikmatnya makanan khas Yogya ini. Gudeg itu khasnya, ya dimakan sambil lesehan di pinggir jalan.
Walaupun sepanjang malam toko-toko di sepanjang Jalan Malioboro sudah tutup, namun bukan berarti keinginan untuk membeli buah tangan khas Yogya akan terleraikan. PKL-PKL penjual barang-barang kerajinan khas Yogya tetap bertahan di sepanjang malam. Berbagai jenis barang ditawarkan, mulai dari kaos khasnya Dagadu hingga batik khas Yogya. Harganya dijamin miring.
Keunikan lain Malioboro di malam hari adalah ramainya sepeda motor berlalu-lalang. Dulu, Yogyakarta dikenal sebagai kotanya sepeda angin, namun sebutan itu sudah beralih dengan maraknya sepeda motor. Sepeda masih banyak ditemukan di kawasan Parangkritis, karena masih banyak yang menggunakannya untuk pergi ke tempat kerja. Namun, khas lainnya Malioboro, yaitu becak masih banyak ditemukan. Angkutan ini bisa digunakan untuk berkeliling Malioboro dan kawasan keraton.
Keraton Yogyakarta adalah objek yang tidak bisa dilewatkan ketika mengunjugi Malioboro. Tempat tinggal kerabat Sultan Hamengkubowono X memang dekat dengan Malioboro. Sepanjang malam, kawasan ini menyukuhkan berbagai hiburan. Di depan keraton ada alun-alun yang menjadi tempat pertunjukkan berbagai kesenian. Kalau Sultan sedang menjamu tamunya, maka malam-malam akan dipertunjukkan kesenian khas Togyakarta. Namun, pada malam-malam biasa, banyak juga pertunjukkan kesenian khas modern.
Belum puas kiranya menikmati malam di Malioboro sebelum menyisir kawasan keraton. Sepanjang malam, kawasan ini selalu hidup. A.R. Rizal

Tidak ada komentar: