Jumat, September 11, 2009

MENIKMATI KESEDERHANAAN

COBA bayangkan apabila di setiap penghujung Ramadan tidak ada Idul Fitri? Tentu banyak yang akan protes. Ini sebuah keniscayaan. Apalagi, tak ada yang salah dengan Idul Fitri.

Pertanyaan aneh ini hanya untuk menjawab ironi ketika banyak orang harus merayakan Idul Fitri. Apa yang dilakukan banyak orang untuk merayakan hari kemenangan itu?

Di penghujung Ramadan, para pegawai sudah bimbang untuk mendapatkan tunjangan hari raya. Mereka yang memiliki sedikit tabungan mendatangi tempat-tempat penyimpanan uang untuk mengambil depositnya demi membeli segala kebutuhan lebaran. Yang punya benda-benda berharga, menggadainya di pegadaian. Yang tak ada apa-apa, terpaksa berhutang. Mereka yang ada di perantauan berniat pulang ke kampung halaman. Niat hati bersilaturrahim tak berkesan kalau tak membawa buah tangan. Ada pula bangga menjadi orang sukses di perantauan dengan segala macam harta yang akan diperlihatkan ketika pulang ke kampung halaman.

Apa yang kita bayangkan tentang Idul Fitri? Baju baru, sepatu baru, cat rumah baru, perabotan baru dan segala atribut yang serba baru. Agama tak mengajarkan semua itu sebagai cara merayakan Idul Fitri. Namun percayalah, kemegahan, berbagai atribut, itulah yang kita bayangkan tentang Idul Fitri.

Ketika Anda tak hendak berbagi uang kertas recehan di hari lebaran, Anda tentu tidak ingin dipandang pelit. Maka, ribuan orang rela antri untuk menukar uangnya dengan pecahan lebih kecil. Bahkan, untuk tukar-menukar uang recehan itu dijadikan pula ladang bisnis. Uang recehan dijaja di penggiran jalan. Dan itu laris manis menjelang lebaran. Anda tentu tidak ingin pula membayangkan ketika lebaran rumah Anda tidak didatangi tamu seorangpun karena bukannya Anda tidak bisa menyuguhkan beraneka macam makanan, namun Anda hanya ingin menyuguhkan air putih.

Karena bagi kita, Idul Fitri berarti kemegahan, segala sesuatu yang baru, kebahagiaan yang ditakar dari keengganan dipandang sebagai orang yang bukan apa-apa. Karena kita senang dilihat oleh manusia.

Dan ini tentunya paling tidak disukai banyak orang. Bagaimana mungkin menyambut Idul Fitri dengan sehelai pakaian yang tak lagi baru, sejumlah makanan yang tak pula mewah, dengan sebuah kesederhanaan yang tidak pernah dimimpikan oleh banyak orang. Namun, menikmati kesederhanaan, itulah orang-orang yang dijanjikan kemenangan di hari yang fitri.

Tidak ada komentar: