Selasa, November 16, 2010
Obama dan Retorika
KURANG dari 24 jam, sudah cukup bagi Obama untuk memukau jutaan rakyat Indonesia. Kunjungan 'penguasa' nomor satu di dunia itu dielukan banyak orang. Ia seperti inspirator kelas handal yang mampu mengalahkan segala hal yang bisa memberikan inspirasi di negeri ini. Dari Bandara Halim, Istana Negara, Masjid Istiqlal hingga kampus Universitas Indonesia di Depok, setiap detik, setiap langkah dan kata Obama menjadi tuah yang menyulut decak dan kagum.
Dalam presidential lecture yang dilakukan di kampus UI Depok, Obama benar-benar menunjukan 'kelasnya'. Di hadapan ribuan mahasiswa UI, Obama membuktikan diri sebagai orator yang baik. Ia pandai menyentuh sisi ke-Indonesia-an. Dalam orasi yang tak lebih 30 menit, Obama mampu mengucapkan 40 kata bahasa Indonesia, dengan fasih menyebut kata bakso, sate, emping hingga kerupuk. Hal yang paling menarik dari apa yang dikatakan Obama adalah kefasihannya mengucapkan kata assalammua'alaikum hingga insyaallah. Obama pandai membangun jembatan emosional dengan jutaan rakyat Indonesia yang menyaksikannya. Menjual pengalaman empat tahun sebagai anak Menteng dan menyentuh ranah keislaman yang dianut mayoritas rakyat Indonesia, siapa lah yang tak terpesona olehnya.
Setelah 18 jam berlalu, apa kemudian yang tertinggal dari seorang Obama? Setiap kata-katanya menjadi ungkapan yang indah di seisi media massa. Setiap gerak-geriknya menjadi tayangan yang memukau di layar televisi. Namun, tak banyak yang mau bertanya ulang, apa makna di balik kata-kata seorang Obama itu?
Mantan Ketua MPR-RI, Amien Rais menyebutkan kedatangan Obama tidak perlu dinilai secara berlebihan, apalagi sampai mendatangkan sindrome Obamamania. Obama pandai berpidato, ia pandai memukau orang dengan kata-kata. Namun, banyak kata-kata itu kemudian tinggal menjadi kata-kata.
Obama boleh fasih menyebut assalammua'alaikum dan insyaallah, namun perlakuannya terhadap dunia Islam sangat bertolak belakang. Ketika Obama berkali-kali mengatakan komitmennya untuk membangun hubungan yang baik dengan dunia Islam, bersamaan dengan itu ia malah membuat kebijakan perang berkelanjutan di Afghanistan. Tiap hari, ratusan muslim mati di Afghanistan di depan moncong senapan dan mesin perang tentara Amerika. Ketika tiap hari muslim Palestina dibantai tentara Israel, ketika aktivis kemanusian di kapal Mavi Marmara ditembaki secara brutal oleh tentara Israel, Obama bungkam. Amerika tetap menjadi pengekspor senjata bagi Israel yang digunakan oleh bangsa zionis untuk membunuh rakyat Palestina.
Obama adalah ikon penting dalam politik pencitraan. Ia mampu menjadi populis di mata semua orang. Namun, apakah popularitas mampu menyelesaikan semua persoalan, pencitraan tidak mampu memberi rakyat makan!
Banyak kemudian pemimpin di negeri ini yang terilhami politik pencitraan. Ramai-ramai mereka membangun wujud yang luar biasa di depan banyak orang. Ada wakil rakyat di suatu daerah yang paham betul bagaimana memanfaatkan kegantengannya. Wajah gantengnya dipajang di mana-mana, siapa tak kagum dibuatnya. Namun, ketika bencana, ketika rakyatnya didera derita, ia tak berbuat apa-apa. Ia sibuk membuat ucapan belasungkawa. Banyak pejabat yang tidak hebat kemudian gemar membuat iklan yang hebat-hebat. Jadilah banyak di antara mereka yang menjelma sebagai bintang iklan ketimbang sebagai pejabat yang seharusnya memikirkan rakyat.
Sihir retorika memang bisa membutakan mata. Namun, mata hati pada waktunya nanti akan berbicara dengan kebersahajaan dan kebenarannya yang nyata.*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar